Tampilkan postingan dengan label Teknologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Teknologi. Tampilkan semua postingan

Rabu, 16 Juli 2014

Registrasi Sim Card Harus Lewat Outlet, Pakai KTP

Dari 260 juta pengguna seluler di Indonesia, lebih dari 90 persennya dianggap 'tidak jelas'. Hal ini dikarenakan tidak akuratnya data yang diberikan saat melakukan pendaftaran melalui SMS ke 4444. ATSI dan Kominfo pun sepakat untuk menertibkan data pelanggan dengan sistem yang lebih ketat.

"Proses registrasi tidak akan bisa lagi dilakukan sendiri oleh pelanggan. Bagi para pengguna seluler, pendaftaran kartu SIM hanya bisa dilakukan di gerai penjualan, baik milik operator, distributor maupun mitra yang bekerja sama dengan operator," ujar Ketua Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI), Alexander Rusli, di Jakarta, Rabu, 16 Juli 2014.

Menurut Alexander, dari sisi operator dan outlet yang akan diberikan tanggung jawab, semua sudah siap. Hanya saja rencana tersebut belum dilakukan karena menunggu hasil akhir dari upaya registrasi ulang pelanggan yang akan berakhir Agustus ini.

"Setelah launch selama enam bulan, dari awal September, nanti akhir tahun kita akan review dulu seperti apa. Supaya kita punya plan yang konkret. Operator sudah suap, tinggal sistem IT-nya itu harus diubah sedikit," kata Alexander.

Proses ini bisa dibilang cukup membantu pelanggan untuk melakukan registrasi. Meski nanti implementasinya bisa jadi berkata lain. Kendalanya, kata Alexander adalah terkait gerai di luar operator.

"Kalau gerai yang punya operator, kita bisa kontrol. Yang kita takutkan tuh gerai di luar kuasa kita karena mereka tidak ada result. Sementara ini kita implementasi dulu. Masalah mereka apa, terus kita review lagi nanti," paparnya.

Berdasarkan data yang dimiliki Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), jumlah outlet milik masing-masing operator 3 besar mencapai ratusan ribu, sedangkan operator lain angkanya hanya ribuan. Telkomsel misalnya, sekitar 500 ribu outlet, sedangkan Indosat dan XL masing-masing sekitar 300 ribuan.

Saat ini ATSI dan Kominfo memberikan kesempatan bagi para pengguna seluler untuk memperbaiki informasi data pribadi yang dimasukkan saat registrasi pelanggan. Kesempatan ini diberikan hingga Agustus nanti. Jika sampai waktu yang ditentukan, data yang diberikan tidak akurat, maka operator wajib memblokir komunikasi pelanggan tersebut, atau menghanguskan kartu sim yang digunakan. Sumber : http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/522131-registrasi-sim-card-harus-lewat-outlet--pakai-ktp

Senin, 14 Juli 2014

Pasangan Jokowi-JK atau Prabowo-Hatta tidak lirik telekomunikasi

Banyak hal yang diungkapkan, dipublikasikan atau juga diperdebatkan dalam acara Debat Capres atau Debat Cawapres mulai dari yang edisi pertama sampai yang terakhir, Sabtu (05/07), kemarin.

Mulai dari pemberdayaan sumber daya alam, ketahanan nasional, iptek sampai dengan hal-hal lain yang berkaitan dengan dalam negeri. Namun ada satu hal yang tidak dilirik oleh baik capres ataupun cawapres dalam acara debat itu, yaitu masalah telekomunikasi.

Ketua Masyarakat Telekomunikasi Indonesia (Mastel) Mas Wigrantoro Roes Setiyadi menyesalkan tidak satu pun dari pasangan Prabowo Subianto - Hatta Rajasa dan Joko Widodo - Jusuf Kalla yang membahas sektor telekomunikasi baik saat kampanye atau juga pada saat acara debat berlangsung.

"Kedua capres sama sekali tidak menyinggung soal telekomunikasi, mungkin bagi mereka ini tidak penting. Sepertinya mereka tidak ada ketertarikan sama sekali," kata Mas Wigrantoro Roes Setiyadi, seperti dikutip dari Antara (05/07).

Padahal mestinya siapa pun presiden terpilih nantinya memiliki kepedulian yang tinggi terhadap sektor telekomunikasi mengingat investasi di sektor telekomunikasi berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi.

Pihaknya juga mempertanyakan komitmen kedua capres itu terhadap pembangunan sektor telekomunikasi ke depan yang dinilainya sama sekali belum tampak terkonsep nyata.

"Ke depan kami sangat mengharapkan pemerintahan yang baru bisa melihat sektor telekomunikasi sebagai sektor yang penting sehingga harus ada peta jalan yang jelas. Telekomunikasi ini pendukung pertumbuhan ekonomi di satu sisi sedangkan di sisi lain harus diperlakukan sebagai sarana pertahanan dan keamanan yang terkait langsung dengan isu politis," katanya.

Apalagi sektor telekomunikasi ke depan menghadapi isu besar yang tak kalah strategisnya yakni peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di bidang telekomunikasi terkait implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

"Di sini kita bisa lihat belum siapnya pemerintah Indonesia dalam membuat standar kompetensi profesi telekomunikasi termasuk mengendalikan fungsi-fungsi jabatan di sektor telekomunikasi di Indonesia," katanya.

Selain itu kemajuan pembangunan sektor telekomunikasi mulai dari jaringan pita lebar, LTE, hingga backbone internet yang dijanjikan pemerintah belum juga terealisasikan sesuai yang dijanjikan.

"Persoalannya adalah banyak rekomendasi bisa kita sampaikan tapi kalau presidennya tidak tertarik mau apa," katanya.

Mastel juga menekankan pentingnya isu terkait penentuan siapa yang bakal dipercaya menjadi pemimpin di sektor telekomunikasi atau Menkominfo mendatang apakah dari politisi ataukah praktisi.

"Sebab pemimpin inilah yang akan menentukan kemana laju sektor telekomunikasi Indonesia," katanya.


Sumber : http://www.merdeka.com/teknologi/pasangan-jokowi-jk-atau-prabowo-hatta-tidak-lirik-telekomunikasi.html

Selasa, 08 Juli 2014

2025, Jumlah Operator Indonesia Hanya Tiga


Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) memandang ke depan proses konsolidasi operator telekomunikasi makin digencarkan. Dalam cetak biru badan pengawas telekomunikasi itu, dalam 10 tahun mendatang, jumlah operator ditargetkan makin menyusut.

"Dalam policy paper yang disiapkan BRTI, pada 2020 jumlah operator akan menjadi lima dan pada 2025 kemudian menyusut jadi tiga operator," ujar Riant Nugroho, Komisioner BRTI saat ditemui di Kantor Kominfo, Jakarta, Senin 2 Juni 2014.

Konsolidasi operator telekomunikasi, kata Riant, bertujuan menyehatkan industri telekomunikasi yang mencapai tahap matang. Untuk itu, BRTI terus mendorong konsolidasi bagi operator telekomunikasi yang masih ada.

"Kalau nggak ada konsolidasi, bisa mati dan nggak sehat, ekonomi nggak jalan," terangnya.

Ia mengatakan dorongan konsolidasi antaroperator GSM, yakni XL-Axis, telah berjalan dengan lancar meski sempat menuai perdebatan. "Kalau nggak, Axis bakal terus membayar utang," katanya.

Proses konsolidasi operator ini bakal berlanjut. Riant mengungkapkan Kominfo bersama BRTI telah mendorong konsolidasi pada operator CDMA.

"Kajian CDMA bulan ini masuk ke menteri. Sebelumnya kami sudah simulasikan. Bahkan ketiga operator sudah kami panggil masing-masing secara sendiri. Kami ingin tahu maunya mereka bagaimana," ujar dia. (ita)


© VIVA.co.id

 
Design Creative by Iwaness Ijonk | Call : 0821.69.636465 - 0821.70.636465 - 0877.78.636465 | Blog Juragan Pulsa | Member Of Golden Group